Pringsewu-FN–News-Acungan jempol layak diberikan kepada Pemkab Pringsewu. Mengapa? Karena kabupaten yang dipimpin Pj Bupati Marindo Kurniawan itu berhasil membuat terobosan yang luar biasa di bidang pertanian.
Apa terobosan tersebut? Tidak lain adalah keberhasilan mengembangkan teknologi budidaya berbasis mikroba (BBM).
Teknologi BBM ini merupakan pengganti pupuk kimia, yang mampu meningkatkan produktivitas petani dan menghasilkan padi organik dengan umur tanam lebih cepat.
Pj Bupati Pringsewu, Marindo Kurniawan, bersama Dinas Pertanian Lampung, Dirut BUMD Wahana Raharja, dan Dirut BUMD Lampung Jasa Utama (LJU) melihat langsung pengembangan terobosan luar biasa di bidang pertanian berupa teknologi BBM yang dilakukan melalui BUMD Kabupaten Pringsewu, yakni PT. Pringsewu Jaya Sejahtera, Kamis (28/3/2024) siang.
Marindo memaparkan, teknologi tersebut mampu menetralisir residu kimia tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman secara dinamis, juga menghambat atau membasmi hama dan penyakit tanaman, menghasilkan zat tumbuh tanaman, memperbaiki tekstur, biologi, fisik, dan kimia tanah.
Kemudian, sambung Marindo, komponen inti dari teknologi BBM, yaitu konsorsium mikroba ghaly tech (KMGT) yang terdiri atas enam konsorsium mikroba padat (KMP) dan konsorsium mikroba cair (KMC).
“KMGT dapat diproduksi di setiap kabupaten wilayah Indonesia. Karena bahan bakunya lokal, murah, dan berlimpah,” ujar Marindo sambil melanjutkan, kelebihan pupuk teknologi BBM adalah mampu memperbaiki dan memulihkan lahan pertanian yang kritis dan tandus, mampu menggantikan pupuk kimia yang harganya mahal dan langka, menerapkan pertanian sirkular berkelanjutan dan ramah lingkungan, meningkatkan mutu dan produktifitas tanaman pangan bebas residu kimia.
Dijelaskan juga, bahwa bahan baku komponen berlimpah, murah dan tidak perlu7 impor, penerapannya sangat mudah dan sederhana, selain dapat diproduksi di mana saja di seluruh Indonesia.
Marindo menambahkan, hasil penerapan teknologi BBM yaitu padi yang dihasilkan adalah padi organik, usia panen untuk varietas benih padi sintanur, yang ditanam oleh petani Miyono, lebih cepat 88 HST (jari setelah tanam).
Sedangkan untuk benih varietas sintanur, normalnya usia panen adalah: 110 HST – 120 HST, dengan pola tanam jajar wayang, di mana jaraknya yang rapat, yaitu 10 cm x 28 cm.
Hasil pengamatan, kondisi tanaman padi yakni nutrisi untuk bulir padi sama sekali tidak berkurang, bahkan malay padi lebih panjang dibandingkan dengan pupuk kompos konvensional.
Kemudian, batang padi lebih tinggi dan lebih kokoh, bahkan sampai saat akan dipanen masih tumbuh terus anakan susulan yang juga muncul malay dan berisi bulir padi.
“Dengan demikian, dapat dipastikan penerapan teknologi BBM pada tanaman padi meningkatkan produktifitas padi, yang tentunya pendapatan petani pun akan meningkat,” tegas Marindo.
Menurut dia, menjadikan Pringsewu sebagai lumbung pangan organik baik lokal, nasional, maupun internasional, merupakan targetnya.
“Sekaligus sebagai identitas untuk kebanggaan Kabupaten Pringsewu, karena memiliki produk berkualitas hasil produksi putra daerah,” pungkasnya. (gilang)