Tahun Baru, Harapan Baru (Menyongsong Tahun Baru 2025 Masehi)

By Admin
Senin, 23 Desember 2024 | 5 Views
Array

Oleh : Gunawan Handoko

Provinsi lampung~FNNews~Hanya tinggal menghitung hari, kita akan segera memasuki tahun baru 2025 Masehi. Sesungguhnya, bukan tahun barunya yang penting, tetapi bagaimana setiap manusia mulai menata ulang sikap mentalnya untuk melakukan hijrah menuju perubahan yang lebih baik dan bermartabat.

Tahun baru berarti memiliki cara pandang yang baru dan suci dalam berupaya memperoleh sesuatu yang baru. Tahun baru juga berarti mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih kehidupan yang baru.

Setiap kita harus memiliki rasa optimis dan berjuang untuk bisa keluar dari keterpurukan. Begitulah seharusnya cara pandang kita dalam menyikapi malam pergantian tahun baru dari waktu ke waktu. Agar harapan baru itu benar-benar terjadi dalam pengalaman mental, maka dalam memasuki detik-detik pergantian tahun baru kita pun perlu melakukan refleksi dan introspeksi diri.

Duduk dalam keheningan malam di tempat-tempat peribadatan, seperti masjid dan surau, melakukan muhasabah dan sujud syukur untuk melihat dengan jernih atas nikmat yang telah diperoleh selama ini.

Tentu banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita selama tahun 2024, diantaranya pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, anggota legislatif dan dewan perwakilan daerah (DPD) serta pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak 2024. Pemilu 2024 telah selesai diselenggarakan dan telah menghasilkan pemimpin baru untuk periode lima tahun kedepan.

Seluruh masyarakat tentu berharap, hadirnya pemimpin baru tersebut akan mampu memberikan kemakmuran dan rasa keadilan sebagaimana yang diharapkan selama ini. Mengingat partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya masih rendah, maka perlu dibangun kesadaran dalam berpolitik, bahwa kedaulatan sepenuhnya ada ditangan rakyat. Hal ini sangat penting untuk mengubah cara pandang dan sikap pasrah masyarakat bahwa siapapun pemimpin yang terpilih, tidak akan merubah kehidupannya.

Maka lupakan dulu kebiasaan untuk menggelar pesta pora yang penuh hingar-bingar, mengadakan panggung-panggung hiburan dan pesta kembang api untuk menciptakan suasana gegap-gempitanya malam tahun baru.

Para Gubernur dan Bupati maupun Walikota (khususnya di Provinsi Lampung) hendaknya tidak membuat agenda perayaan malam tahun baru, termasuk memfasilitasi pengadaan tempat-tempat hiburan. Selain tidak bermanfaat, justru dikhawatirkan akan menimbulkan kerawanan sosial yang dilakukan oleh kelompok remaja.

Masyarakat masih dicekam rasa ketakutan terhadap aksi gerombolan geng sepeda motor yang berulangkali melakukan tindak kekerasan secara brutal dan merenggut jiwa manusia. Meski aparat Kepolisian sudah melakukan upaya dan langkah pencegahan, namun aksi kekerasan tersebut masih terus terjadi dan semakin meningkat. Maka semua pihak perlu berpikir ulang, terlebih peristiwa malam pergantian tahun merupakan fenomena sesaat yang hanya memberikan kenikmatan dalam hitungan menit.

Secara tidak sadar kita telah menghamburkan sekian banyak uang yang sesungguhnya uang tersebut sangat dibutuhkan oleh saudara-saudara kita yang kehidupannya kurang mampu. Maka tidak ada salahnya kita kembali dengan kebiasaan nenek moyang dulu dalam menyikapi pergantian tahun. Mereka menganggap tidak ada yang istimewa dalam pergantian tahun, semua biasa saja. Matahari akan terbit dari ufuk Timur pada pagi hari dan angslup di ufuk Barat pada sore hari.

Hanya dalam legenda Sang Kuriang dan Roro Jonggrang-lah matahari terbit sebelum waktunya, karena berisik mendengar suara para wanita yang sedang menumbuk padi, sehingga sang matahari mengira bahwa hari sudah pagi. Yang baru hanya satu, yakni penanggalan atau kalender.

Mereka yang ada di akar rumput lebih percaya pada filsafat Cakra Manggilingan, yakni mengibaratkan hidup ini seperti putaran roda, kadang berada dibawah dan kadang diatas. Meski hanya sebagai aliran filsafat, namun terbukti sangat ampuh dan mampu memberi kekuatan batin, membangkitkan semangat dan harapan, bahwa pada suatu saat roda akan berputar ke atas. Pada titik inilah apa yang disebut ’baru’ sungguh terjadi dalam pengalaman mental yang dimiliki kaum lemah-miskin.

Semoga tahun baru 2025 akan membawa semangat baru bagi kita untuk berhijrah menuju kebaikan.

*) Penulis : Pemerhati Masalah Sosial dan Politik, tinggal di Bandar Lampung.

Array

Berita Terkait

Tutup
Tutup